Hidup Bermartabat atau Mati
Terhormat
“Hidup bermartabat atau mati
terhormat” merupakan kalimat yang banyak dijadikan semboyan banyak umat Islam di
belahan dunia ini. Dan semboyan tersebut yang mencerminkan kesungguhan niat dan kebuletan tekad. Jika semboyan
itu bisa mendarah daging dalam kepribadian setiap orang, niscaya ia tidak
akan pernah kenal takut dalam memperjuangkan visi dan misi hidupnya. Serta
dapat membakar jiwa keberanian setiap orang yang menghayatinya.
Jiwa pemberani inilah yang nantinya akan memicu tumbuhnya berbagai
sifat lain yang mendukungnya, seperti rela berkorban, pantang menyerah, anti putus asa dan lain
sebagainya. Seandainya masih ada perasaan takut, itu hanya untuk Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa sikap atau energi yang lahir dari semboyan tersebut mampu mengkristalkan jiwa
ketauhidan seseorang.
Hidup bermartabat adalah hidup yang penuh
manfaat. Sedangkan mati terhormat adalah mati di jalan yang suci, yakni perang
melawan hawa nafsunya. Agar manusia bisa bermanfaat bagi orang lain, ia harus
mempunyai kelebihan potensi diri, sehingga bisa memberikan kelebihan potensi
dirinya itu untuk orang lain. Sedangkan, untuk berada pada jalan kematian
secara terhormat, hanya bisa ditempuh dengan pola hidup “nyawa rangkap”
sebagaiman telah di bahas terdahulu.
Nabi SAW pernah bersabda bahwa perang terbesar
dalam sejarah perjuangan umat manusia adalah perang melawan hawa nafsunya,
bukan perang melawan musuhnya. Tidak ada perang yang lebih besar dan lebih
berat kecuali perang melawan hawa nafsu masing-masing. Dengan demikian, orang
yang memperjuangkan dirinya untuk meraih martabat dengan jalan memerangi hawa
nafsunya lebih tinggi dari mujahid. Seandainya ia mati dalam perjuangan melawan
hawa nafsunya tersebut, ia akan dinobatkan sebagai mati syahid.
Mati syahid adalah keluarnya jiwa seseorang
dari jasad dan dan hidup di sisiNya. Dengan kata lain, mati syahid sesungguhnya
bukanlah kematian, melainkan hanya sekadar “pindah” dari alam baqa, yakni alam
Allah SWT. Ia hidup di sisi Tuhan dengan mendapatkan rezeki dariNya. Dalam
sebuah ayat ditegaskan :
و لا تحسبن الذين قتلوا فى سبيل الله أمواتا بل
أحياء عند ربهم يرزقون ١٦٩
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang
gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat
rezeki” (QS Al-Imran{3}169)
Untuk meraih martabat dalam hidup, selain
dengan memberikan manfaat kepada orang lain, kita juga harus mampu tampil
sebagai pahlawan pembela keadilan, kebenaran, dan nilai-nilai luhur
kemanusiaan. Sedangkan untuk meraih kehormatan dalam kematian, selain dengan
cara memerangi hawa nafsu, kita juga harus menumpas segala bentuk kejahatan,
ketidakadilan, kekejian, dan lain sebagainya.
Semangat dari semboyan inilah yang nantinya
akan melahirkan pahlawan-pahlawan atau khalifah-khalifah pemakmur bumi,penegak
keadilan, dan pembela kebenaran sehingga akan tercipta kehidupan yang penuh
kebaikan dan dilindungi Allah SWT. Oleh karena itu, hidup bermartabat dan mati
secara terhormat mempunyai korelasi yang sangat kuat. Hidup bermartabat
mustahil terwujud jika tidak diperjuangkan dengan taruhan jiwa dan raga atau
hidup dan mati. Sedangkan mati secara terhormat tidak akan pernah terjadi jika
tidak melalui kehidupan yang bermartabat.
Dengan demikian, antara hidup bermartabat atau
mati secara terhormat merupakan “sepasang pedang kembar” sebagai senjata
andalan khalifah Tuhan di muka bumi.
Dengan senjata tersebut, manusia akan mempunyai kebenaran yang tak kenal takut
selain siksa dan kemurkaanNya. Secara tidak langsung, setapak demi setapak,
kita harus bisa menyempurnakan jiwa tauhid kita melalui keberanian menghadapi
segala resiko hidup.
Keberanian ini perlu mendapatkan perhatian
secara serius mengingat gejala mentalitas kita selama ini yang cenderung
menurun. Betapa tidak, orang yang bekerja di perusahaan swasta masih mempunyai
rasa takut terkena PHK, para pejabat masih takut kehilangan jabatannya sendiri,
bahkan seorang presiden sekalipun masih “takut” dengan demo mahasiswa.
Ketakutan-ketakutan seperti inilah yang harus kita lenyapkan dari hati sanubari
kita.
Apakah jika demikian kita tidak boleh merasa
takut sedikit pun? Tidak! Semua orang berhak mempunyai rasa takut. Tetapi, bagi
seorang mukmin yang mempunyai falsafah “hidup bermartabat atau mati terhormat”
hanya akan takut kepada murka Allah SWT, dan siksa neraka semata. Inilah
mengapa dikatakan bahwa orang yang berpegang teguh pada kehidupan yang
bermartabat sama halnya dengan berpegang
teguh pada tauhid yang sangat kuat.
كل نفس بما كسبت رهينة ٣٨
“Tiap-tiap diri
bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”(QS.Al-Mudatsir{74}38)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar