Senin, 02 November 2015

hidup bermartabat atau mati terhormat

Hidup Bermartabat atau Mati Terhormat

“Hidup bermartabat atau mati terhormat” merupakan kalimat yang banyak dijadikan semboyan banyak umat Islam di belahan dunia ini. Dan semboyan tersebut yang mencerminkan kesungguhan niat dan kebuletan tekad. Jika semboyan itu bisa mendarah daging dalam kepribadian setiap orang, niscaya ia tidak akan pernah kenal takut dalam memperjuangkan visi dan misi hidupnya. Serta dapat membakar jiwa keberanian setiap orang yang menghayatinya.
Jiwa pemberani inilah yang nantinya akan memicu tumbuhnya berbagai sifat lain yang mendukungnya, seperti rela berkorban, pantang menyerah, anti putus asa dan lain sebagainya. Seandainya masih ada perasaan takut, itu hanya untuk Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa sikap atau energi yang lahir dari semboyan tersebut mampu mengkristalkan jiwa ketauhidan seseorang.
Hidup bermartabat adalah hidup yang penuh manfaat. Sedangkan mati terhormat adalah mati di jalan yang suci, yakni perang melawan hawa nafsunya. Agar manusia bisa bermanfaat bagi orang lain, ia harus mempunyai kelebihan potensi diri, sehingga bisa memberikan kelebihan potensi dirinya itu untuk orang lain. Sedangkan, untuk berada pada jalan kematian secara terhormat, hanya bisa ditempuh dengan pola hidup “nyawa rangkap” sebagaiman telah di bahas terdahulu.
Nabi SAW pernah bersabda bahwa perang terbesar dalam sejarah perjuangan umat manusia adalah perang melawan hawa nafsunya, bukan perang melawan musuhnya. Tidak ada perang yang lebih besar dan lebih berat kecuali perang melawan hawa nafsu masing-masing. Dengan demikian, orang yang memperjuangkan dirinya untuk meraih martabat dengan jalan memerangi hawa nafsunya lebih tinggi dari mujahid. Seandainya ia mati dalam perjuangan melawan hawa nafsunya tersebut, ia akan dinobatkan sebagai mati syahid.
Mati syahid adalah keluarnya jiwa seseorang dari jasad dan dan hidup di sisiNya. Dengan kata lain, mati syahid sesungguhnya bukanlah kematian, melainkan hanya sekadar “pindah” dari alam baqa, yakni alam Allah SWT. Ia hidup di sisi Tuhan dengan mendapatkan rezeki dariNya. Dalam sebuah ayat ditegaskan :
و لا تحسبن الذين قتلوا فى سبيل الله أمواتا بل أحياء عند ربهم يرزقون ١٦٩
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki” (QS Al-Imran{3}169)
Untuk meraih martabat dalam hidup, selain dengan memberikan manfaat kepada orang lain, kita juga harus mampu tampil sebagai pahlawan pembela keadilan, kebenaran, dan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Sedangkan untuk meraih kehormatan dalam kematian, selain dengan cara memerangi hawa nafsu, kita juga harus menumpas segala bentuk kejahatan, ketidakadilan, kekejian, dan lain sebagainya.
Semangat dari semboyan inilah yang nantinya akan melahirkan pahlawan-pahlawan atau khalifah-khalifah pemakmur bumi,penegak keadilan, dan pembela kebenaran sehingga akan tercipta kehidupan yang penuh kebaikan dan dilindungi Allah SWT. Oleh karena itu, hidup bermartabat dan mati secara terhormat mempunyai korelasi yang sangat kuat. Hidup bermartabat mustahil terwujud jika tidak diperjuangkan dengan taruhan jiwa dan raga atau hidup dan mati. Sedangkan mati secara terhormat tidak akan pernah terjadi jika tidak melalui kehidupan yang bermartabat.
Dengan demikian, antara hidup bermartabat atau mati secara terhormat merupakan “sepasang pedang kembar” sebagai senjata andalan khalifah Tuhan  di muka bumi. Dengan senjata tersebut, manusia akan mempunyai kebenaran yang tak kenal takut selain siksa dan kemurkaanNya. Secara tidak langsung, setapak demi setapak, kita harus bisa menyempurnakan jiwa tauhid kita melalui keberanian menghadapi segala resiko hidup.
Keberanian ini perlu mendapatkan perhatian secara serius mengingat gejala mentalitas kita selama ini yang cenderung menurun. Betapa tidak, orang yang bekerja di perusahaan swasta masih mempunyai rasa takut terkena PHK, para pejabat masih takut kehilangan jabatannya sendiri, bahkan seorang presiden sekalipun masih “takut” dengan demo mahasiswa. Ketakutan-ketakutan seperti inilah yang harus kita lenyapkan dari hati sanubari kita.
Apakah jika demikian kita tidak boleh merasa takut sedikit pun? Tidak! Semua orang berhak mempunyai rasa takut. Tetapi, bagi seorang mukmin yang mempunyai falsafah “hidup bermartabat atau mati terhormat” hanya akan takut kepada murka Allah SWT, dan siksa neraka semata. Inilah mengapa dikatakan bahwa orang yang berpegang teguh pada kehidupan yang bermartabat  sama halnya dengan berpegang teguh pada tauhid yang sangat kuat.
كل نفس بما كسبت رهينة ٣٨
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”(QS.Al-Mudatsir{74}38)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar