Mahasiswa UNIDA sebagai Mundzirul Qoum
Ada satu frasa yang seringkali disebut oleh Al-Ustadz Hasan Abdullah Sahal
beliau adalah salah satu pimpinan Pondok Modern Darussalam. Frasa itu ialah
“Mundzirul Qoum”. Frasa ini diketahui secara umum diambil dari salah satu ayat
dalam Al-Qur’an yaitu surat At-Taubah ayat 122, yang berbunyi :
وما كا ن المؤمنون لينفروا كا فة فلو لا نفرمن
كل فرقة منهم طاءفة ليتفهوا فى الدين و لينذروا قومهم إذا رجعوا إليم لعلهم
يحذرون٢٢
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (At-Taubah :22)
Dalam
tafsir Ibnu Katsir dijelaskan lewat sebuah hadits yang berasal dari Ikrimah
bahwasanya turunnya ayat ini disebabkan oleh kaum munafiqun yang mencemooh para
sahabat yang tidak ikut pergi berperang dengan mengatakan bahwa mereka membelot
dari rasulullah. Ayat ini membantahnya habis-habisan.
Tidaklah semua mukmin diharuskan pergi ke
medan perang untuk mengangkat senjata
dan menjemput syahid di tempatnya yang paling dekat tersebut. Melainkan
diwajibkan pula sebagian dari mereka menetap untuk melakukan tugas lainnya yang
tidak kalah penting, liyatafaqqohu fid-din atau memperdalam pemahaman
atas agama dan kemudian liyundziru qoumahum, memberi peringatan
sekembalinya mereka.
Mundzirul qoum adalah sebuah peran yang harus mendapat porsi
perhatian yang tidak berbeda dengan pergi berperang secara langsung. Maka dari
itu haruslah pula ada sekelompok golongan yang berfokus pada hal itu secara
penuh sehingga dapat menjalankan peran tersebut dengan maksimal. Dengan
pertimbangan bahwasanya lembaga pendidikan adalah satu-satunya tempat yang
paling tepat untuk tafaqquh fid-din, kiranya Gontor didirikan.
Mahasiswa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tingg. Perguruan Tinggi
sendiri merupakan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi baik
berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.
Karena pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan teringgi, maka ia amatlah
berbeda dengan jenjang-jenjang sebelumnya baik itu pendidikan dasar maupun
menengah.
Unida Gontor adalah bagian yang tak
terpisahkan dari Indonesia. Dikarenakan secara geografis ia terletak di bagian
dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Maka mahasiswanya
tidaklah pula terpisahkan dengan Mahasiswa Indonesia. Unida Gontor memiliki
perhatian yang besar dalam hal ini dengan melarang sama sekali mahasiswanya
melakukan kegiatan demonstrasi dan yang sejenisnya, maka diperlukan istilah
lain yang tidak mengarah kesana, yaitu mundzirul qoum.
Mundzirul qoum adalah
sebuah istilah yang yang amatlah tepat untuk disematkan kepada mahasiswa Unida
Gontor untuk benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Memposisiskan mahasiswa Unida Gontor sebagai kelompok berdaya dalam segi
intelektualitas dan kesemangatan yang bisa memberikan sumbangsih positif kepada
sekitar dengan tetap sejalan dengan aturan main Islam.
Ini yang sedikit membedakan mahasiswa Unida
dengan santri KMI, dimana santri KMI fokus pada tafaqquh fid-din saja,
hampir tidak memiliki akses dengan dunia luar, dengan harapan di masa mendatang
mereka akan bisa menjadi mundzirul qoum. Tetapi, mahasiswa Unida yang
harus tafaqquh fid-din dan indzorul qoum di waktu yang bersamaan.
Mundzirul qoum adalah sebuah fungsi yang hanya dimungkinkan
diperankan oleh mahasiswa Unida karena sejumlah faktor diantaranya:
(a) Tafaqquh fid-din yang merupakan
prasyarat dari indzarul qoum adalah kegiatan sekaligus tujuan utama yang
dijalani di dalam Unida Gontor baik itu bidang studi islamiyah maupun bidang
studi pengetahuan umum. (b) Unida Gontor memiliki tagline besar “Islamisasi
Ilmu Pengetahuan”. (c) Mahasiswa Unida memiliki background kemampuan bahasa
arab yang merupakan satu-satunya bahasa yang bisa digunakan untuk mempelajari
sumber ajaran Agama Islam secara langsung, Al-Qur’an dan Al-Hadits, dan juga
bahasa Inggris yang merupakan bahasa dunia. (d) Suasana pesantren diman
hubungan antara dosen dan mahasiswa merupakan hubungan harmonis yang saling
percaya dan mendukung. (e) Filsafat Gontor “Berdiri di atas dan untuk semua
golongan” yang membuat Unida murni dari nilai kepentingan tertentu.
Apabila faktor-faktor tersebut benar-benar
berjalan dengan baik, mak pada waktu itulah mahasiswa Unida Gontor akan
menjalankan perannya dengan maksimal menjadi mahasiswa yang mundzirul qoum. Selain
meraka harus belajar untuk meningkatkan intelektualitas, sebagai kelompok yang
sudah rasional mereka juga sudah mulai harus memberikan sumbangsih kepada
sekitar.