Rabu, 04 November 2015

Unida sebagai mundzirul qoum



Mahasiswa UNIDA sebagai Mundzirul Qoum

            Ada satu frasa yang seringkali  disebut oleh Al-Ustadz Hasan Abdullah Sahal beliau adalah salah satu pimpinan Pondok Modern Darussalam. Frasa itu ialah “Mundzirul Qoum”. Frasa ini diketahui secara umum diambil dari salah satu ayat dalam Al-Qur’an yaitu surat At-Taubah ayat 122, yang berbunyi :
وما كا ن المؤمنون لينفروا كا فة فلو لا نفرمن كل فرقة منهم طاءفة ليتفهوا فى الدين و لينذروا قومهم إذا رجعوا إليم لعلهم يحذرون٢٢
          Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (At-Taubah :22)
            Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan lewat sebuah hadits yang berasal dari Ikrimah bahwasanya turunnya ayat ini disebabkan oleh kaum munafiqun yang mencemooh para sahabat yang tidak ikut pergi berperang dengan mengatakan bahwa mereka membelot dari rasulullah. Ayat ini membantahnya habis-habisan.
Tidaklah semua mukmin diharuskan pergi ke medan perang  untuk mengangkat senjata dan menjemput syahid di tempatnya yang paling dekat tersebut. Melainkan diwajibkan pula sebagian dari mereka menetap untuk melakukan tugas lainnya yang tidak kalah penting, liyatafaqqohu fid-din atau memperdalam pemahaman atas agama dan kemudian liyundziru qoumahum, memberi peringatan sekembalinya mereka.
Mundzirul qoum adalah sebuah peran yang harus mendapat porsi perhatian yang tidak berbeda dengan pergi berperang secara langsung. Maka dari itu haruslah pula ada sekelompok golongan yang berfokus pada hal itu secara penuh sehingga dapat menjalankan peran tersebut dengan maksimal. Dengan pertimbangan bahwasanya lembaga pendidikan adalah satu-satunya tempat yang paling tepat untuk tafaqquh fid-din, kiranya Gontor didirikan.
Mahasiswa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tingg. Perguruan Tinggi sendiri merupakan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi baik berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Karena pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan teringgi, maka ia amatlah berbeda dengan jenjang-jenjang sebelumnya baik itu pendidikan dasar maupun menengah.
Unida Gontor adalah bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia. Dikarenakan secara geografis ia terletak di bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Maka mahasiswanya tidaklah pula terpisahkan dengan Mahasiswa Indonesia. Unida Gontor memiliki perhatian yang besar dalam hal ini dengan melarang sama sekali mahasiswanya melakukan kegiatan demonstrasi dan yang sejenisnya, maka diperlukan istilah lain yang tidak mengarah kesana, yaitu mundzirul qoum.
Mundzirul qoum  adalah sebuah istilah yang yang amatlah tepat untuk disematkan kepada mahasiswa Unida Gontor untuk benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Memposisiskan mahasiswa Unida Gontor sebagai kelompok berdaya dalam segi intelektualitas dan kesemangatan yang bisa memberikan sumbangsih positif kepada sekitar dengan tetap sejalan dengan aturan main Islam.
Ini yang sedikit membedakan mahasiswa Unida dengan santri KMI, dimana santri KMI fokus pada tafaqquh fid-din saja, hampir tidak memiliki akses dengan dunia luar, dengan harapan di masa mendatang mereka akan bisa menjadi mundzirul qoum. Tetapi, mahasiswa Unida yang harus tafaqquh fid-din dan indzorul qoum di waktu yang bersamaan.
Mundzirul qoum adalah sebuah fungsi yang hanya dimungkinkan diperankan oleh mahasiswa Unida karena sejumlah faktor diantaranya:
(a) Tafaqquh fid-din yang merupakan prasyarat dari indzarul qoum adalah kegiatan sekaligus tujuan utama yang dijalani di dalam Unida Gontor baik itu bidang studi islamiyah maupun bidang studi pengetahuan umum. (b) Unida Gontor memiliki tagline besar “Islamisasi Ilmu Pengetahuan”. (c) Mahasiswa Unida memiliki background kemampuan bahasa arab yang merupakan satu-satunya bahasa yang bisa digunakan untuk mempelajari sumber ajaran Agama Islam secara langsung, Al-Qur’an dan Al-Hadits, dan juga bahasa Inggris yang merupakan bahasa dunia. (d) Suasana pesantren diman hubungan antara dosen dan mahasiswa merupakan hubungan harmonis yang saling percaya dan mendukung. (e) Filsafat Gontor “Berdiri di atas dan untuk semua golongan” yang membuat Unida murni dari nilai kepentingan tertentu.
Apabila faktor-faktor tersebut benar-benar berjalan dengan baik, mak pada waktu itulah mahasiswa Unida Gontor akan menjalankan perannya dengan maksimal menjadi mahasiswa yang mundzirul qoum. Selain meraka harus belajar untuk meningkatkan intelektualitas, sebagai kelompok yang sudah rasional mereka juga sudah mulai harus memberikan sumbangsih kepada sekitar.

Unida sebagai mundzirul qoum



Mahasiswa UNIDA sebagai Mundzirul Qoum

            Ada satu frasa yang seringkali  disebut oleh Al-Ustadz Hasan Abdullah Sahal beliau adalah salah satu pimpinan Pondok Modern Darussalam. Frasa itu ialah “Mundzirul Qoum”. Frasa ini diketahui secara umum diambil dari salah satu ayat dalam Al-Qur’an yaitu surat At-Taubah ayat 122, yang berbunyi :
وما كا ن المؤمنون لينفروا كا فة فلو لا نفرمن كل فرقة منهم طاءفة ليتفهوا فى الدين و لينذروا قومهم إذا رجعوا إليم لعلهم يحذرون٢٢
          Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (At-Taubah :22)
            Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan lewat sebuah hadits yang berasal dari Ikrimah bahwasanya turunnya ayat ini disebabkan oleh kaum munafiqun yang mencemooh para sahabat yang tidak ikut pergi berperang dengan mengatakan bahwa mereka membelot dari rasulullah. Ayat ini membantahnya habis-habisan.
Tidaklah semua mukmin diharuskan pergi ke medan perang  untuk mengangkat senjata dan menjemput syahid di tempatnya yang paling dekat tersebut. Melainkan diwajibkan pula sebagian dari mereka menetap untuk melakukan tugas lainnya yang tidak kalah penting, liyatafaqqohu fid-din atau memperdalam pemahaman atas agama dan kemudian liyundziru qoumahum, memberi peringatan sekembalinya mereka.
Mundzirul qoum adalah sebuah peran yang harus mendapat porsi perhatian yang tidak berbeda dengan pergi berperang secara langsung. Maka dari itu haruslah pula ada sekelompok golongan yang berfokus pada hal itu secara penuh sehingga dapat menjalankan peran tersebut dengan maksimal. Dengan pertimbangan bahwasanya lembaga pendidikan adalah satu-satunya tempat yang paling tepat untuk tafaqquh fid-din, kiranya Gontor didirikan.
Mahasiswa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tingg. Perguruan Tinggi sendiri merupakan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi baik berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Karena pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan teringgi, maka ia amatlah berbeda dengan jenjang-jenjang sebelumnya baik itu pendidikan dasar maupun menengah.
Unida Gontor adalah bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia. Dikarenakan secara geografis ia terletak di bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Maka mahasiswanya tidaklah pula terpisahkan dengan Mahasiswa Indonesia. Unida Gontor memiliki perhatian yang besar dalam hal ini dengan melarang sama sekali mahasiswanya melakukan kegiatan demonstrasi dan yang sejenisnya, maka diperlukan istilah lain yang tidak mengarah kesana, yaitu mundzirul qoum.
Mundzirul qoum  adalah sebuah istilah yang yang amatlah tepat untuk disematkan kepada mahasiswa Unida Gontor untuk benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Memposisiskan mahasiswa Unida Gontor sebagai kelompok berdaya dalam segi intelektualitas dan kesemangatan yang bisa memberikan sumbangsih positif kepada sekitar dengan tetap sejalan dengan aturan main Islam.
Ini yang sedikit membedakan mahasiswa Unida dengan santri KMI, dimana santri KMI fokus pada tafaqquh fid-din saja, hampir tidak memiliki akses dengan dunia luar, dengan harapan di masa mendatang mereka akan bisa menjadi mundzirul qoum. Tetapi, mahasiswa Unida yang harus tafaqquh fid-din dan indzorul qoum di waktu yang bersamaan.
Mundzirul qoum adalah sebuah fungsi yang hanya dimungkinkan diperankan oleh mahasiswa Unida karena sejumlah faktor diantaranya:
(a) Tafaqquh fid-din yang merupakan prasyarat dari indzarul qoum adalah kegiatan sekaligus tujuan utama yang dijalani di dalam Unida Gontor baik itu bidang studi islamiyah maupun bidang studi pengetahuan umum. (b) Unida Gontor memiliki tagline besar “Islamisasi Ilmu Pengetahuan”. (c) Mahasiswa Unida memiliki background kemampuan bahasa arab yang merupakan satu-satunya bahasa yang bisa digunakan untuk mempelajari sumber ajaran Agama Islam secara langsung, Al-Qur’an dan Al-Hadits, dan juga bahasa Inggris yang merupakan bahasa dunia. (d) Suasana pesantren diman hubungan antara dosen dan mahasiswa merupakan hubungan harmonis yang saling percaya dan mendukung. (e) Filsafat Gontor “Berdiri di atas dan untuk semua golongan” yang membuat Unida murni dari nilai kepentingan tertentu.
Apabila faktor-faktor tersebut benar-benar berjalan dengan baik, mak pada waktu itulah mahasiswa Unida Gontor akan menjalankan perannya dengan maksimal menjadi mahasiswa yang mundzirul qoum. Selain meraka harus belajar untuk meningkatkan intelektualitas, sebagai kelompok yang sudah rasional mereka juga sudah mulai harus memberikan sumbangsih kepada sekitar.

Unida sebagai mundzirul qoum



Mahasiswa UNIDA sebagai Mundzirul Qoum

            Ada satu frasa yang seringkali  disebut oleh Al-Ustadz Hasan Abdullah Sahal beliau adalah salah satu pimpinan Pondok Modern Darussalam. Frasa itu ialah “Mundzirul Qoum”. Frasa ini diketahui secara umum diambil dari salah satu ayat dalam Al-Qur’an yaitu surat At-Taubah ayat 122, yang berbunyi :
وما كا ن المؤمنون لينفروا كا فة فلو لا نفرمن كل فرقة منهم طاءفة ليتفهوا فى الدين و لينذروا قومهم إذا رجعوا إليم لعلهم يحذرون٢٢
          Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (At-Taubah :22)
            Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan lewat sebuah hadits yang berasal dari Ikrimah bahwasanya turunnya ayat ini disebabkan oleh kaum munafiqun yang mencemooh para sahabat yang tidak ikut pergi berperang dengan mengatakan bahwa mereka membelot dari rasulullah. Ayat ini membantahnya habis-habisan.
Tidaklah semua mukmin diharuskan pergi ke medan perang  untuk mengangkat senjata dan menjemput syahid di tempatnya yang paling dekat tersebut. Melainkan diwajibkan pula sebagian dari mereka menetap untuk melakukan tugas lainnya yang tidak kalah penting, liyatafaqqohu fid-din atau memperdalam pemahaman atas agama dan kemudian liyundziru qoumahum, memberi peringatan sekembalinya mereka.
Mundzirul qoum adalah sebuah peran yang harus mendapat porsi perhatian yang tidak berbeda dengan pergi berperang secara langsung. Maka dari itu haruslah pula ada sekelompok golongan yang berfokus pada hal itu secara penuh sehingga dapat menjalankan peran tersebut dengan maksimal. Dengan pertimbangan bahwasanya lembaga pendidikan adalah satu-satunya tempat yang paling tepat untuk tafaqquh fid-din, kiranya Gontor didirikan.
Mahasiswa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tingg. Perguruan Tinggi sendiri merupakan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi baik berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Karena pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan teringgi, maka ia amatlah berbeda dengan jenjang-jenjang sebelumnya baik itu pendidikan dasar maupun menengah.
Unida Gontor adalah bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia. Dikarenakan secara geografis ia terletak di bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Maka mahasiswanya tidaklah pula terpisahkan dengan Mahasiswa Indonesia. Unida Gontor memiliki perhatian yang besar dalam hal ini dengan melarang sama sekali mahasiswanya melakukan kegiatan demonstrasi dan yang sejenisnya, maka diperlukan istilah lain yang tidak mengarah kesana, yaitu mundzirul qoum.
Mundzirul qoum  adalah sebuah istilah yang yang amatlah tepat untuk disematkan kepada mahasiswa Unida Gontor untuk benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Memposisiskan mahasiswa Unida Gontor sebagai kelompok berdaya dalam segi intelektualitas dan kesemangatan yang bisa memberikan sumbangsih positif kepada sekitar dengan tetap sejalan dengan aturan main Islam.
Ini yang sedikit membedakan mahasiswa Unida dengan santri KMI, dimana santri KMI fokus pada tafaqquh fid-din saja, hampir tidak memiliki akses dengan dunia luar, dengan harapan di masa mendatang mereka akan bisa menjadi mundzirul qoum. Tetapi, mahasiswa Unida yang harus tafaqquh fid-din dan indzorul qoum di waktu yang bersamaan.
Mundzirul qoum adalah sebuah fungsi yang hanya dimungkinkan diperankan oleh mahasiswa Unida karena sejumlah faktor diantaranya:
(a) Tafaqquh fid-din yang merupakan prasyarat dari indzarul qoum adalah kegiatan sekaligus tujuan utama yang dijalani di dalam Unida Gontor baik itu bidang studi islamiyah maupun bidang studi pengetahuan umum. (b) Unida Gontor memiliki tagline besar “Islamisasi Ilmu Pengetahuan”. (c) Mahasiswa Unida memiliki background kemampuan bahasa arab yang merupakan satu-satunya bahasa yang bisa digunakan untuk mempelajari sumber ajaran Agama Islam secara langsung, Al-Qur’an dan Al-Hadits, dan juga bahasa Inggris yang merupakan bahasa dunia. (d) Suasana pesantren diman hubungan antara dosen dan mahasiswa merupakan hubungan harmonis yang saling percaya dan mendukung. (e) Filsafat Gontor “Berdiri di atas dan untuk semua golongan” yang membuat Unida murni dari nilai kepentingan tertentu.
Apabila faktor-faktor tersebut benar-benar berjalan dengan baik, mak pada waktu itulah mahasiswa Unida Gontor akan menjalankan perannya dengan maksimal menjadi mahasiswa yang mundzirul qoum. Selain meraka harus belajar untuk meningkatkan intelektualitas, sebagai kelompok yang sudah rasional mereka juga sudah mulai harus memberikan sumbangsih kepada sekitar.

Unida sebagai mundzirul qoum



Mahasiswa UNIDA sebagai Mundzirul Qoum

            Ada satu frasa yang seringkali  disebut oleh Al-Ustadz Hasan Abdullah Sahal beliau adalah salah satu pimpinan Pondok Modern Darussalam. Frasa itu ialah “Mundzirul Qoum”. Frasa ini diketahui secara umum diambil dari salah satu ayat dalam Al-Qur’an yaitu surat At-Taubah ayat 122, yang berbunyi :
وما كا ن المؤمنون لينفروا كا فة فلو لا نفرمن كل فرقة منهم طاءفة ليتفهوا فى الدين و لينذروا قومهم إذا رجعوا إليم لعلهم يحذرون٢٢
          Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (At-Taubah :22)
            Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan lewat sebuah hadits yang berasal dari Ikrimah bahwasanya turunnya ayat ini disebabkan oleh kaum munafiqun yang mencemooh para sahabat yang tidak ikut pergi berperang dengan mengatakan bahwa mereka membelot dari rasulullah. Ayat ini membantahnya habis-habisan.
Tidaklah semua mukmin diharuskan pergi ke medan perang  untuk mengangkat senjata dan menjemput syahid di tempatnya yang paling dekat tersebut. Melainkan diwajibkan pula sebagian dari mereka menetap untuk melakukan tugas lainnya yang tidak kalah penting, liyatafaqqohu fid-din atau memperdalam pemahaman atas agama dan kemudian liyundziru qoumahum, memberi peringatan sekembalinya mereka.
Mundzirul qoum adalah sebuah peran yang harus mendapat porsi perhatian yang tidak berbeda dengan pergi berperang secara langsung. Maka dari itu haruslah pula ada sekelompok golongan yang berfokus pada hal itu secara penuh sehingga dapat menjalankan peran tersebut dengan maksimal. Dengan pertimbangan bahwasanya lembaga pendidikan adalah satu-satunya tempat yang paling tepat untuk tafaqquh fid-din, kiranya Gontor didirikan.
Mahasiswa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tingg. Perguruan Tinggi sendiri merupakan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi baik berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Karena pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan teringgi, maka ia amatlah berbeda dengan jenjang-jenjang sebelumnya baik itu pendidikan dasar maupun menengah.
Unida Gontor adalah bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia. Dikarenakan secara geografis ia terletak di bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Maka mahasiswanya tidaklah pula terpisahkan dengan Mahasiswa Indonesia. Unida Gontor memiliki perhatian yang besar dalam hal ini dengan melarang sama sekali mahasiswanya melakukan kegiatan demonstrasi dan yang sejenisnya, maka diperlukan istilah lain yang tidak mengarah kesana, yaitu mundzirul qoum.
Mundzirul qoum  adalah sebuah istilah yang yang amatlah tepat untuk disematkan kepada mahasiswa Unida Gontor untuk benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Memposisiskan mahasiswa Unida Gontor sebagai kelompok berdaya dalam segi intelektualitas dan kesemangatan yang bisa memberikan sumbangsih positif kepada sekitar dengan tetap sejalan dengan aturan main Islam.
Ini yang sedikit membedakan mahasiswa Unida dengan santri KMI, dimana santri KMI fokus pada tafaqquh fid-din saja, hampir tidak memiliki akses dengan dunia luar, dengan harapan di masa mendatang mereka akan bisa menjadi mundzirul qoum. Tetapi, mahasiswa Unida yang harus tafaqquh fid-din dan indzorul qoum di waktu yang bersamaan.
Mundzirul qoum adalah sebuah fungsi yang hanya dimungkinkan diperankan oleh mahasiswa Unida karena sejumlah faktor diantaranya:
(a) Tafaqquh fid-din yang merupakan prasyarat dari indzarul qoum adalah kegiatan sekaligus tujuan utama yang dijalani di dalam Unida Gontor baik itu bidang studi islamiyah maupun bidang studi pengetahuan umum. (b) Unida Gontor memiliki tagline besar “Islamisasi Ilmu Pengetahuan”. (c) Mahasiswa Unida memiliki background kemampuan bahasa arab yang merupakan satu-satunya bahasa yang bisa digunakan untuk mempelajari sumber ajaran Agama Islam secara langsung, Al-Qur’an dan Al-Hadits, dan juga bahasa Inggris yang merupakan bahasa dunia. (d) Suasana pesantren diman hubungan antara dosen dan mahasiswa merupakan hubungan harmonis yang saling percaya dan mendukung. (e) Filsafat Gontor “Berdiri di atas dan untuk semua golongan” yang membuat Unida murni dari nilai kepentingan tertentu.
Apabila faktor-faktor tersebut benar-benar berjalan dengan baik, mak pada waktu itulah mahasiswa Unida Gontor akan menjalankan perannya dengan maksimal menjadi mahasiswa yang mundzirul qoum. Selain meraka harus belajar untuk meningkatkan intelektualitas, sebagai kelompok yang sudah rasional mereka juga sudah mulai harus memberikan sumbangsih kepada sekitar.